Selasa, 18 Mei 2010

DOKUMENTASI KEGIATAN


Kamis, 13 Mei 2010

LATAR BELAKANG PERILAKU SEKS BEBAS
DAN PERKEMBANGANNYA DALAM POLA
KEHIDUPAN MASYARAKAT

Oleh Abdul Syani

I. Latar Belakang Perilaku Seks Bebas
Seks pada hakekatnya merupakan dorongan narluri alamiah tentang
kepuasan syahwat. Tetapi banyak kalangan yang secara ringkas
mengatakan bahwa seks itu adalah istilah lain dari Jenis kelamin yang
membedakan antara pria dan wanita. Jika kedua jenis seks ini
bersatu, maka disebut perilaku seks. Sedangkan perilaku seks dapat
diartikan sebagai suatu perbuatan untuk menyatakan cinta dan
menyatukan kehidupan secara intim. Ada pula yang mengatakan
bahwa seks merupakan hadiah untuk memenuhi atau memuaskan
hasrat birahi pihak lain. Akan tetapi sebagai manusia yang beragama,
berbudaya, beradab dan bermoral, seks merupakan dorongan emosi
cinta suci yang dibutuhkan dalam angka mencapai kepuasan nurani
dan memantapkan kelangsungan keturunannya. Tegasnya, orang yang
ingin mendapatkan cinta dan keturunan, maka ia akan melakukan
hubungan seks dengan lawan jenisnya.
Perilaku seks merupakan salah satu kebutuhan pokok yang senantiasa
mewarnai pola kehidupan manusia dalam masyarakat. Perilaku seks
sangat dipengaruhi oleh nilai dan norma budaya yang berlaku dalam
masyarakat. Setiap golongan masyarakat memiliki persepsi dan batas
kepentingan tersendiri terhadap perilaku seks.
Bagi golongan masyarakat tradisional yang terikat kuat dengan nilai
dan norma, agama serta moralitas budaya, cenderung memandang
seks sebagai suatu perilaku yang bersifat rahasia dan tabu untuk
dibicarakan secara terbuka, khususnya bagi golongan yang dianggap
belum cukup dewasa. Para orang tua pada umumnya menutup
pembicaraan tentang seks kepada anak-anaknya, termasuk mereka
sendiri sebagai suami isteri merasa risih dan malu berbicara tentang
seks. Bagi kalangan ini perilaku seksual diatur sedemikian rupa
dengan ketentuan-ketentuan hukum adat, Agama dan ajaran moralitas,
dengan tujuan agar dorongan perilaku seks yang alamiah ini dalam
prakteknya sesuai dengan batas-batas kehormatan dan kemanusiaan.
Biasanya hubungan intim antara dua orang lawan jenis cenderung
bersifat emosional primer, dan apabila terpisah atau mendapat
hambatan, maka keduanya akan merasa terganggu atau kehilangan
jati dirinya.
Berbeda dengan hubungan intim yang terjadi dalam kehidupan masyarakat
modern, biasanya cenderung bersifat rasional sekunder.
Anak-anak yang mulai tumbuh remaja lebih suka berbicara seks
dikalangan teman-temannya. Jika hubungan intim itu terpisah atau
mendapat hambatan, maka mereka tidak akan kehilangan jati diri
dan lebih cepat untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan dalam
lingkungan pergaulan lainnya. Lembaga keluarga yang bersifat
universal dan multi fungsional, baik pengawasan sosial, pendidikan
keagamaan dan moral, memelihara, perlindungan dan rekreasi
terhadap anggota-anggota keluarganya, dalam berhadapan dengan
proses modernitas sosial, cenderung kehilangan fungsinya. Sebagai
konsekuensi proses sosialisasi norma-norma yang berhubungan
batas-batas pola dan etika pergaulan semakin berkurang, maka
pengaruh pola pergaulan bebas cenderung lebih dominan merasuk
kedalam kebiasaan baru. Seks sebagai kebutuhan manusia yang
alamiah tersebut dalam upaya pemenuhannya cenderung didominasi
oleh dorongan naluri seks secara subyektif. Akibatnya sering terjadi
penyimpangan dan pelanggaran perilaku seks di luar batas hak-hak
kehormatan dan tata susila kemanusiaan.
Latar belakang terjadinya perilaku seks bebas pada umumnya
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Gagalnya sosialisasi norma-norma dalam keluarga, terutama
keyakinan agama dan moralitas;
2. Semakin terbukanya peluang pergaulan bebas; setara dengan
kuantitas pengetahuan tentang perilaku seks pada lingkungan
sosial dan kelompok pertemanan;
3. Kekosongan aktivitas-aktivitas fisik dan rasio dalam kehidupan
sehari-hari;
4. Sensitifitas penyerapan dan penghayatan terhadap struktur
pergaulan dan seks bebas relatif tinggi;
5. Rendahnya konsistensi pewarisan contoh perilaku tokoh-tokoh
masyarakat dan lembaga-lembaga sosial yang berwenang;
6. Rendahnya keperdulian dan kontrol sosial masyarakat;
7. Adanya kemudahan dalam mengantisipasi resiko kehamilan;
8. Rendahnya pengetahuan tentang kesehatan dan resiko
penyakit berbahaya;
9. Sikap perilaku dan busana yang mengundang desakan seks;
10. Kesepian, berpisah dengan pasangan terlalu lama, atau
karena keinginan untuk menikmati sensasi seks di luar
rutinitas rumah tangga;
11. Tersedianya lokalisasi atau legalitas pekerja seks.
Berdasarkan alasan tersebut, maka semakin terbukalah pergaulan
bebas antara pria dan wanita, baik bagi kalangan remaja maupun
kalangan yang sudah berumah tangga. Hal ini dimungkinkan karena
sosialisasi norma dalam keluarga tidak efektif, sementara cabang
hubungan pergaulan dengan berbagai pola perilaku seks di luar rumah
meningkat yang kemudian mendominasi pembentukan kepribadian
baru. Kalangan remaja pada umumnya lebih sensitif menyerap
struktur pergaulan bebas dalam kehidupan masyarakat. Bagi suami
isteri yang bekerja di luar rumah, tidak mustahil semakin banyak
meninggalkan norma-norma dan tradisi keluarga sebelumnya,
kemudian dituntut untuk menyesuaikan diri dalam sistem pergaulan
baru, termasuk pergaulan intim dengan lawan jenis dalam peroses
penyelesaian pekerjaan. Kondisi pergaulan semacam ini seseorang tidak
hanya mungkin menjauh dari perhitungan nilai harmonisasi keluarga,
akan tetapi selanjutnya semakin terdorong untuk mengejar karier
dalam perhitungan ekonomis material. Kenyataan ini secara implisit
melembaga, dimaklumi, lumrah, dan bahkan merupakan kebutuhan
baru bagi sebagian besar keluarga dalam masyarakat modern.
Kebutuhan baru ini menuntut seseorang untuk membentuk sistem
pergaulan modernitas yang cenderung meminimalisasi ikatan moral
dan kepedulian terhadap hukum-hukum agama. Sementara di pihak
lain, jajaran pemegang status terhormat sebagai sumber pewarisan
norma, seperti penegak hukum, para pemimpin formal, tokoh
masyarakat dan agama, ternyata tidak mampu berperan dengan
contoh-contoh perilaku yang sesuai dengan statusnya. Sebagai
konsekuensinya adalah membuka peluang untuk mencari kebebasan
di luar rumah. Khususnya dalam pergaulan lawan jenis pada
lingkungan bebas norma dan rendahnya kontrol sosial, cenderung
mengundang hasrat dan kebutuhan seks seraya menerapkannya secara
bebas.
Bagi kalangan remaja, seks merupakan indikasi kedewasaan yang
normal, akan tetapi karena mereka tidak cukup mengetahui secara
utuh tentang rahasia dan fungsi seks, maka lumrah kalau mereka
menafsirkan seks semata-mata sebagai tempat pelampiasan birahi,
tak perduli resiko. Kendatipun secara sembunyi-sembunyi mereka
merespon gosip tentang seks diantara kelompoknya, mereka menganggap
seks sebagai bagian penting yang tidak bisa dipisahkan dari
kehidupan remaja. Kelakar pornografi merupakan kepuasan tersendiri,
sehinga mereka semakin terdorong untuk lebih dekat mengenal
lika-liku seks sesungguhnya. Jika immajinasi seks ini memperoleh
tanggapan yang sama dari pasangannya, maka tidak mustahil kalau
harapan-harapan indah yang termuat dalam konsep seks ini benarbenar
dilakukan.
II. Popularitas Perilaku Seks Bebas dalam kehidupan masyarakat
Pupulernya perilaku seks di luar nikah, karena adanya tekanan dari
teman-temannya atau mungkin dari pasangannya sendiri. Kemudian
disusul oleh dorongan kebutuhan nafsu seks secara emosional, di
samping karena rendahnya pemahaman tentang makna cinta dan
rasa keingintahuan yang tinggi tentang seks. Beberapa hasil
penelitian mengungkapkan bahwa gadis melakukan seks di luar nikah
karena tekanan teman-temannya sesama wanita. Teman-temannya
mengatakan bahwa:
"Semua gadis modern melakukannya, kalau tidak, ya.., termasuk gadir kampungan";
"Jaman sekarang tak ada lagi perawan-perawanan, nikmati saja hidup ini dengan
keindahan".
Dengan demikian Ia melakukannya hanya untuk membuktikan
bahwa iapun sama normalnya dengan kelompok teman modernnya
yang telah terperangkap dalam penyimpangan moral. Ia ingin tetap
diterima oleh kelompok temannya secara berlebihan, sehingga
mengalahkan kepribadian dan citra diri. Pengakuan lain, bahwa
melakukan seks dengan alasan agar cinta pasangannya semakin
kuat, dan apabila aku tidak melakukannya, berarti aku tidak bisa
menunjukkan bukti cintaku kepadanya.
Kecuali itu, karena mereka telah beribu-ribu kali memperoleh
informasi tentang kehebatan dan kedahsyatan seks itu, baik dari
pergaulan sehari-hari maupun dari mass media, seperti televisi, film,
show, majalah dan brosur-brosur porno yang cenderung mengagungkan
kehidupan seks inkonvensional, dimana terdapat kemudahan untuk
berkencan intim, berpegangan, berpelukan, meraba, dan bahkan
tidur bersama. Gosip-gosip seks secara bertubi-tubi dan secara
berantai telah membakar rasa penasaran mereka terhadap seks,
sehingga timbul pertanyaan dalam hayal mereka:
"seperti apa sih rasanya seks itu"?,
"apa benar sedahsyat yang dikatakan orang"?
Dalam perasaan penasasan, mereka akhirnya mencari tahu sendiri
dengan riset partisipatif. Setelah seks itu ditemukan dalam praktek,
lalu semuanya terjawab dan ternyata sesuai dengan hipotesis, sehingga
terbentuklah perilaku yang namanya KETAGIHAN. Kalangan pencinta
seks ini berpikir bahwa:
"kalau sudah basah, sekalian mandi saja; sekali terlanjur, lebih baik seterusnya".
Mantan perawan sekali nge-seks, sama artinya melakukan 6 atau 7
kali, toh perawan tak akan kembali, mengapa harus dibatasi? Di
sinilah awal mulanya tumbuh pernyataan perang dari mereka terhadap
segala macam norma yang membatasi kebebasan seks.
Secara teoritis memang hubungan cinta ada yang bersifat platonis,
yaitu cinta tanpa unsur nafsu badaniah terhadap kekasihnya. Cinta
semacam ini pada perinsipnya mengandung semangat "apa yang dapat
aku lakukan untukmu". Akan tetapi secara umum dalam
perkembangannya, seks lebih didambakan secara fisik, ketimbang
hubungan cinta dan kasih sayang. Sebagian pihak menganggap
hubungan cinta dianggap sebagai alasan untuk memperoleh kepuasan
seks semata. Di sinilah seks menjadi kepanjangan dari perasaan cinta.
Kisah cinta yang konvensional dianggap tidak variatif, cengeng,
ketinggalan jaman dan tidak jantan.
Menanggapi perkembangan pemahaman pola kehidupan seks tersebut,
dapat diasumsikan bahwa orang masa kini cenderung "lebih cepat
jatuh seks ketimbang jatuh cinta". Cinta dan seks dikondisikan
sebagai wujud sikap dan perilaku majemuk yang sekaligus mengandung
unsur nilai persahabatan, pergaulan intim, menikmati kebersamaan,
kasih sayang, hubungan seks, dan saling mempercayai antar
sesama lawan jenisnya tanpa batas yang tegas.
Dalam hubungan seks pada umumnya terdapat proses kesepakatan
bahwa masing-masing pelaku berbuat secara sukarela dan bebas dari
ikatan norma atau jaminan resiko jangka panjang. Semua perilaku
seks disepakati sebagai sebuah kemerdekaan yang bebas dari tuntutan
moral. Hubungan cinta cenderung tidak konsisten, tergantung kapan
datangnya letupan perasaan kebutuhan seksual. Keperdulian terhadap
kepentingan dan kegelisahan orang lain sering diwujudkan dalam katakata
dan tindakan yang semu sebagai dalih atau muslihat untuk
memperoleh hubungan seks. Kata-kata yang mengatasnamakan cinta
sering dilontarkan sebagai jebakan yang sebenarnya mengandung
unsur pemaksaan. Beberapa contoh pernyataan yang umum
dilontarkan untuk memperoleh kesepakatan hubungan seks, misalnya:
"Aku sudah terlalu lama menunggu, kalau malam ini kamu menolak, lupakan saja
semuanya".
"Aku bawa kondom sutra kok, tidak ada masalah".
"Kamu kan bagian dari hidupku, dan aku bagian dari hidupmu, ayo dong!".
"Toh tak ada bedanya isteri dan calon isteri. Kita toh siap kawin kalau ada apa-apa".
"Aku bisa saja dengan gadis lain, tapi aku hanya membutuhkan persatuan jiwa raga
dengan engkau seorang".
"Jika kamu benar-benar cinta, maka kamu tak akan tega menyiksa aku".
Ungkapan-ungkapan tersebut sebenarnya bermaksud agar pasangannya
tidak menunda-nunda hubungan seks yang dituntutnya. Jika
kebutuhan terpenuhi, maka sementara waktu berikutnya hubungan
komunikasi dan interaksi antar sesamanya menghambar. Dalam
kondisi demikian biasanya timbul pikiran-pikiran rasional,
perhitungan-perhitungan masa depan (what nexs), dan tuntutan
aktualisasi diri dalam kehidupan masyarakat pada umumnya.
III. Karakteristik dan Pola Perkembangan Perilaku Seks Bebas
dalam Kehidupan Masyarakat
Ada sebagian kalangan yang menganggap bahwa perilaku seks pranikah
terpisah dari ukuran moral; artinya sah-sah saja sepanjang
dilakukan atas dasar kebutuhan bersama. Ukuran moral berbicara
tatkala hubungan seks terjadi melalui pemaksaan fisik. Seks
pernikahan secara formal dilakukan sebagai suatu dalih umum
lantaran sebelumnya terdapat hambatan atau kesulitan untuk mempeloleh
seks. Keserasian seks dalam rumah tangga diperhitungkan
melalui kuantitas pengalaman coba-coba bermain seks tersendiri
dengan berganti-ganti pasangan. Sedangkan kualitas keserasian seks
yang menyatu dalam kehidupan bersama antara dua pribadi yang utuh,
bersatu dalam pembinaan dan tanggungjawab keluarga berdasarkan
rambu-rambu hukum agama, moral dan budaya, dianggap sebagai
tapal batas penghalang kenikmatan hubungan seks.
Pola pikir dan perhitungan pria terhadap hubungan seks, cenderung
tidak didasarkan pada penilaian baik buruknya pribadi dan perilaku
pasangannya secara keseluruhan, atau jaminan kesetiaan hidup
bersama dalam perspektif masa depan, melainkan diukur semata-mata
karena selera tertarik dari segi fisik yang indah, montok dan menggiurkan.
Sementara dipihak wanita masa kini seolah memberikan
reaksi yang positif dengan sengaja bersikap, berperilaku (termasuk
mode busana) yang secara nyata menonjolkan dan membuka bagianbagian
tubuh yang diketahui mengundang birahi. Kalau diketahui
karakteristik pria lebih merupakan gejala badaniah yang didorong
oleh gemuruh seks yang dangkal, sementara wanita cenderung
memberikan peluang, maka meskipun pria sebagai sumber inisiatif
penekan dalam melakukan serentetan pendekatan seks melalui
pegangan tangan, ciuman, memeluk dan mencumbu; bukan berarti
sebagai satu-satunya pihak yang bertanggungjawab, tetapi pihak
wanita juga menentukan tingkat intimitas batas kepantasan
hubungan seks mereka. Oleh karena itu dalam perkembangan
hubungan intim itu, lagi-lagi pihak wanita menyerah dan mengizinkan
pria untuk memenuhi tuntutan seksnya, lantaran iapun sesungguhnya
mempunyai deru-gelora nafsu seks tersendiri. Sebab bila puncak birahi
keduanya telah seimbang, maka hampir tak ada orang yang sanggup
menolak keinginan hubungan seksnya, baik dengan alasan-alasan
rasional maupun alasan-alasan moral, dosa ataupun sanksi sosial.
Dalam perburuan seks, kaum pria cenderung bersifat lebih independen
dan interaktif dalam posisi meminta dan menekan (memaksa),
sehingga tanpa disadari terjadi eksploitasi perilaku seks yang
kemudian mengaburkan makna cinta dan seks. Pihak wanita sendiri
memberikan reaksi seks dalam posisi terikat (dependen) dan tak
mampu menolak tuntutan seks. Keterikatan wanita dalam perilaku
seks masa kini cenderung salah kaprah menanggapi makna mitos
cinta sejati yang berarti "rela memberikan segalanya". Hal ini justeru
diartikan sebagai proses kompromi seks yang saling merelakan segala
yang berharga demi sebuah kenikmatan seks. Oleh karena itu nilai
pengorbanan, harga diri dan penyesalan, akibat hubungan seks
tersebut semaksimal mungkin ditiadakan. Artinya kebebasan seks
cenderung dipandang sebagai perilaku pemuasan nafsu yang
melahirkan kenikmatan belaka, dan melupakan realitas negatif akibat
dari seks itu sendiri.
Perilaku seks bebas, tak terkecuali perselingkuhan kaum pria dan
wanita berumah tangga, dipandang sebagai kesenangan hidup tanpa
ikatan, sehingga patut dijadikan kebutuhan permanen. Resiko
perilaku seks bebas, seperti kehamilan dan tercemarnya nama baik
keluarga tidak lagi menakutkan, disamping karena peristiwa ini
sudah biasa terjadi, juga karena kehamilan dapat dicegah melalui
kebebasan penggunaan kontrasepsi (paling tidak, kondom sutra).
Kebiasaan seks bebas dapat mengakibatkan orang semakin tidak
mampu menahan birahinya yang sewaktu-waktu mendesak, sehingga
tidak mustahil terjadi perkosaan di mana-mana sebagaimana diketahui
cenderung meningkat, baik kuantitas maupun kualitasnya.
Dari segi sosial-psikologis, perilaku seks bebas dianggap tidak
mendatangkan beban tanggungjawab yang besar, dan tidak pula
dirasakan sebagai pencemaran terhadap tradisi adat dan moral.
Tentang kemungkinan terjadi depresi karena perasaan berdosa,
penyesalan atau rasa takut terjangkitnya penyakit kelamin, semuanya
tidak termasuk dalam perhitungan. Persepsi masyarakat terhadap
perilaku seks cenderung menghalalkan seks atas dasar argumen saling
suka, saling cinta, dan saling membutuhkan. Kondisi semacam ini
mengisyaratkan suatu pengakuan terhadap penyelewengan hubungan
(love affair) atau perselingkuhan, baik sebelum atau sesudah menikah.
Kondisi ini kemudian menempatkan posisi hubungan intimitas seks
manusia mendekati persamaannya dengan perilaku seks pada binatang.
Meskipun perilaku seks semacam ini masih tersembunyi, akan
tetapi secara realistik diam-diam diakui, terutama bagi mereka yang
tak mampu menahan nafsu seksnya dalam jangka waktu tertentu.
Mungkin karena kesepian, atau karena terperangkap dalam perkawinan
yang tak bahagia, bisa juga karena ingin menikmati sensasi seks di
luar rutinitas rumah tangga. Gejala ini kemudian mendorong
timbulnya gerakan sosial (social movement) dari kolektifitas kelompok
untuk menegakkan pola perilaku seks bebas. Meskipun secara
terselubung dalam jangka waktu tertentu, tetapi lama kelamaan
akan membawa perubahan perilaku yang diakui oleh seluruh lapisan
masyarakat sebagai suatu kelaziman. Sepanjang hubungan seks itu
masih dalam kerangka jaminan kepentingan bersama dengan sedikit
mungkin beban tanggungjawab atas syarat-syarat kontrak sosialnya,
maka selama itu pula rutinitas hubungan seks akan berlangsung
sebagai suatu kelaziman dalam kehidupan masyarakat.
Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan yang ideal, tentu semua
tindakan itu dapat dikategorikan sebagai jalan pintas yang mengotorkan
jiwa, pikiran dan fisik, karena mau tak mau ada perasaan tak
layak, kotor, berdosa dan pengaruh negatifnya, baik terhadap
hubungan perkawinan maupun terhadap masa depan remaja. Semua
tindakan itu dapat menurunkan kesucian dan kemulyaan perkawinan,
di samping dapat merusak sumber daya generasi muda. Perilaku seks
bebas dapat membentuk struktur kemasyarakatan dalam status sosial
yang rendah dalam kehidupan masyarakat.
Pentingnya Kesehatan Reproduksi Remaja

• Oleh Eny Winaryati

ANGKA Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara. Di antara faktor penyebabnya adalah ancaman kesehatan reproduksi. Kesehatan wanita di masa dewasa dan tua tidak terlepas dari kondisi sebelumnya, yaitu masa remaja. Masa remaja sangat rentan dengan berbagai persoalan kesehatan repoduksi. Ini merupakan masa yang tepat untuk intervensi pendidikan dasar tentang kesehatan reproduksi melalui berbagai media dan cara penyampaian, dengan strategi model pembelajaran yang kreaif dan komunikatif.

AKI di Indonesia menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (2008) adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup, tertinggi di Asia Tenggara. Penyebabnya antara lain tingginya angka kematian akibat komplikasi pada kehamilan dan persalinan, aborsi yang tidak aman, penyakit menular seksual, dan kanker reproduktif. Kematian banyak terjadi terutama pada masyarakat miskin dan tidak memiliki akses terhadap layanan kesehatan reproduksi yang komprehensif.
Ancaman kesehatan reproduktif ini membutuhkan pemahaman dan penerapan melalui berbagai strategi.

Harapannya secara perlahan, namun pasti dapat mengurangi AKI. Pemerintah melalui Dinas Kesehatan yang didukung LSM, ormas, sekolah, PKK, dengan berbagai bentuk kegiatan seperti penyuluhan, pelatihan, optimalisasi peran posyandu, karang taruna, dan lain-lain, tertumpu pada satu tujuan, yaitu meningkatnya derajat kesehatan kususnya bagi perempuan, umumnya bangsa Indonesia.

Ini mengingat jumlah penduduk berdasarkan data pilah angka harapan hidup di Jawa Tengah adalah perempuan (72,9%), laki-laki (69%), di Indonesia perempuan (66,8%), laki-laki (70,7%) (2007). Hal ini mengindikasikan bahwa pemberdaayaan perempuan melalui kesehatan reproduksi akan berdampak pula pada pembangunan bangsa, karena masalah kesehatan reproduksi sesunggguhnya juga merupakan persoalan bangsa.

Kesehatan wanita di masa dewasa dan tua tidak terlepas dari kondisi sebelumnya, yaitu masa remaja, dan anak-anak. Pada masa anak-anak (6-12 tahun), pendidikan seks sudah harus diberikan sesuai dengan kondisi dan kadar kemampuan.

Masa remaja (12-18 tahun), merupakan periode yang sangat penting dan berpengaruh terhadap perkembangan pola tingkah laku di masa tua. Yakni, masa sejak puber sampai saat di mana anak telah mencapai kedewasaan, baik psikologis, seksual, maupun fisiologis.

Remaja pada awal perkembangan (12 -13 tahun), terdapat perbedaan pertumbuhan fisiologis dan perubahan sosial yang berbeda dengan ketika anak-anak. Dalam dirinya terjadi perubahan alat reproduksi dan pertumbuhan tubuh secara keseluruhan. Masa remaja merupakan masa transisi, baik dari sudut biologis, psikologis, sosial, maupun ekonomis, penuh dengan gejolak dan guncangan.

Pada masa ini timbul minat kepada lawan jenis dan secara biologis alat kelaminnya sudah produktif. Remaja menganggap dirinya sudah dewasa dan ia perlu kebebasan yang lebih. Dari sinilah muncul perbedaan konflik antara orang tua dan remaja.

Penyesuaian

Sementara itu, dalam perkembangannya, pribadi dari para remaja mengalami banyak masalah dalam penyesuaian diri bila dibandingkan dengan masa sebelumnya. Pada saat ini peran keluarga dan guru sangat dibutuhkan untuk membimbing para remaja ke arah yang benar.

Masa remaja merupakan masa pertumbuhan menjadi seorang wanita yang dewasa, dan merupakan masa penting dan menentukan. Pada masa ini peningkatan status kesehatan dan pertumbuhan yang memadai dapat membantu menopang kebutuhan aktivitas yang membutuhkan banyak energi pada masa dewasa kelak, misalnya pekerjaan manual yang berat atau perawatan anak.

Beberapa penelitian menyiratkan, keberadaan TV dengan perangkat pendukung, banyak disalahgunakan oleh sebagian remaja. Berdasa Beberapa penelitian menyiratkan, keberadaan TV dengan perangkat pendukung, banyak disalahgunakan oleh sebagian remaja. Berdasarkan hasil penelitian penulis terhadap 217 siswi SMP swasta di Kota Semarang pada 2008, untuk kelas II dan III didapatkan data 23% pernah melihat film porno. Hal ini tentu sangat memprihatinkan. Bila ditilik berkenaan dengan pengetahuannya tentang kesehatan reproduksi, diperoleh gambaran sebagian besar (99%) berada pada kategori sedang dan kurang, meliputi pengetahuan tentang menstruasi, seks, penyakit kelamin, dan KB.

Minimnya pengetahuan ini akan berpengaruh pada perilaku. Hal ini dapat dilihat sekitar sembilan siswi (4%) di antaranya telah melakukan hubungan seks dengan pacar, saudara, dan orang tuanya. Bila ditilik dari pekerjaan bapak ditemukan sebagai buruh (30%), tidak bekerja (6,5%), sementara pekerjaan ibu (20,7%) menjadi buruh. Kondisi ekonomi keluarga yang kurang beruntung, ikut memengaruhi perkembangan anak.

Hasil penelitian lain yang dilakukan penulis terhadap buruh perempuan pada salah satu pabrik di Kota Semarang, dari 88 sampel diperoleh data empat orang (4,3%) menyatakan pernah melakukan hubungan suami-istri dengan alasan suka sama suka dan satu orang diperkosa. Berdasarkan hasil analisis terhadap perilaku kesehatan reproduksi pada sampel yang sama, diperoleh data 42% berperilaku kurang pada pemahaman berkenaan dengan hubungan seks pada saat menstruasi masih diperoleh data 22% setuju dengan alasan tidak tahu.

Berdasarkan penelitian terhadap siswi SMP, persoalan tentang seksologi sebagian besar (73%) diperoleh dari media informasi, kakak/saudara, dan diskusi dengan teman. Pada buruh perempuan 78%, informasi tentang seks dapat diperoleh dari diskusi dengan teman dan pacar. Hasil penelitian terhadap siswi salah satu SLTA di Semarang, diperoleh data sebagian besar 65% permasalahan tentang seksologi disampaikan kepada temannya. Hal ini dimungkinkan, karena 40% siswinya tinggal di pondokan.

Informasi dan persoalan seks seharusnya diperoleh dan disampaikan oleh dan atau kepada orang tua, guru/ustadz, atau pegawai kesehatan. Perolehan informasi yang kurang tepat akan berdampak pada minimnya pengetahuan remaja. Dari gambaran tersebut terlihat bahwa sumber informasi yang paling bertanggung jawab yaitu orang tua dan guru justru terkecil.

Gambaran tersebut, bila ditilik berkenaan dengan kesehatan reproduksi yang dialami oleh siswi SMP (dari 217 siswi), diperoleh gambaran 57% berada dalam kategori sedang dan kurang. Persebarannya, 29% siswi memiliki keluhan pada alat kelaminnya, seorang siswi merasakan panas pada alat kelaminnya pada waktu kencing, 10 siswi (5%) merasakan gatal pada alat kelaminnya, 97 siswi (45%) mengalami keputihan.

Berdasarkan pengukuran kadar hb pada buruh pabrik terhadap 88 sampel didapatkan data kadar hb-nya sebagian besar 56% kurang normal. Pada penelitian lain terhadap ibu post partum (pasca melahirkan) di Kecamatan Guntur, Kabupaten Demak, diperoleh data sebagian besar (86%) terkena anemia ringan (bila kadar hb-nya 9-10 gr%) dan sedang (bila kadar hb-nya 7-8gr%). Kadar hb normal wanita adalah 12 ñ 16 gram %.

Pendidikan tentang kesehatan reproduksi dapat diberikan melalui berbagai media, cara/strategi penyampaian dengan berbagai strategi model pembelajaran yang komuniatif. (37)

— Eny Winaryati, dosen di Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus), anggota PSW Jateng.

Sumber : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/03/03/100759/Pentingnya-Kesehatan-Reproduksi-Remaja
DAMPAK PORNOGRAFI

Media baik elektronik maupun cetak saat ini banyak disorot sebagai salah satu penyebab utama menurunnya moral umat manusia termasuk juga remaja. Berbagai tayangan yang sangat menonjolkan aspek pornografi diyakini sangat erat hubungannya dengan meningkatnya berbagai kasus kekerasan seksual.

Dengan semakin majunya teknologi komunikasi, saat ini hampir tidak ada satupun kekuatan yang mampu mengendalikan atau melakukan sensor terhadap berita maupun hiburan termasuk berita atau tayangan yang termasuk dalam kategori pornografi.

Mungkin satu-satunya yang mampu mengendalikan dampak media tersebut adalah nilai yang ada di dalam diri remaja itu sendiri. Moral atau kemampuan untuk melakukan penilaian mana yang baik dan mana yang buruk harus ditanamkan sedini mungkin. Manakala remaja kemudian berhadapan dengan situasi sosial yang sangat kompleks maka ia masih mampu untuk menunjukkan jatinya.

Pornografi di Media Massa

Pornografi di media adalah materi seks di media massa yang secara sengaja ditujukan untuk membangkitkan hasrat seksual.

Contoh-contoh pornografi di media massa adalah gambar atau foto wanita dengan berpakaian minim atau tidak berpakaian di sampul depan atau di bagian dalam majalah atau media cetak, kisah-kisah yang menggambarkan hubungan seks di dalam berbagai media cetak, adegan seks di dalam film bioskop, Video atau Video Compact Disc (VCD), dan sebagainya.

Pendidikan seks, meskipun menyajikan tulisan dan gambar tentang seksualitas, tetapi tidak termasuk ke dalam pornografi, pendidikan seks bertujuan memberi pemahaman yang benar mengenai seksualitas. Karena itu penyajiannya dilakukan tidak dengan cara yang membangkitkan birahi.

Akibat Pornografi

Pada dasarnya sesuatu yang berbau porno bertujuan merangsang hasrat seksual pembaca atau penonton. Karena itu efek yang dirasakan orang yang menyaksikan atau membaca pornografi adalah terbangkitnya dorongan seksual.

Bila seseorang mengkonsumsi pornografi sesekali dampaknya mungkin tidak akan terlalu besar. Yang menjadi masalah adalah bila orang terdorong untuk terus menerus mengkonsumsi pornografi, yang mengakibatkan dorongan untuk menyalurkan hasrat seksualnya pun menjadi besar. Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan adalah dampak pornografi pada kalangan remaja.

Dampak pornografi pada remaja

Bila remaja terus menerus mengkonsumsi pornografi, sangat mungkin ia akan terdorong untuk melakukan hubungan seks pada usia terlalu dini, dan di luar ikatan pernikahan. Apalagi pornografi umumnya tidak mengajarkan corak hubungan seks yang bertanggungjawab, sehingga potensial mendorong perilaku seks yang menghasilkan kehamilan remaja, kehamilan di luar nikah atau penyebaran penyakit yang menular melalui hubungan seks, seperti PMS/AIDS.

Penelitian menunjukkan para konsumen pornografi cenderung mengalami efek kecanduan, dalam arti sekali menyukai pornografi, seseorang akan merasakan kebutuhan untuk terus mencari dan memperoleh materi pornografi. Bahkan lebih dari itu, si pecandu pornografi akan mengalami proses peningkatan (eskalasi) kebutuhan.

Contohnya, bila mula-mula seorang pria sudah merasa puas menyaksikan gambar wanita berpakaian renang, perlahan-lahan ia mencari gambar wanita tanpa pakaian. Bila mula-mula ia sudah puas dengan adegan hubungan seks antara satu pria dengan satu wanita, perlahan-lahan ia mencari adegan hubungan seks antara satu pria dengan beberapa wanita.

Normal pada remaja

Setiap manusia memiliki naluri seks dan karena itu wajar merasa senang dengan materi seks. Namun demikian, bila remaja sudah sering mengkonsumsi pornografi, dorongan untuk menyalurkan hasrat seksualnya menjadi tinggi. Karena itu, mengkonsumsi pornografi sejak remaja potensial mendorong tumbuhnya perilaku seks di luar pernikahan yang tidak bertanggungjawab.

Merendahkan Kaum Wanita

Umumnya pornografi memang menonjolkan wanita sebagai objek seks. Dalam hal ini, pornografi dapat memperkuat cara pandang bahwa wanita pada dasarnya hanya mahluk yang berfungsi sebagai pemuas nafsu seks pria saja. Lebih dari itu, banyak media yang menggambarkan adegan perkosaaan terhadap wanita sebagai peristiwa yang penuh kenikmatan dan sensasi. Karena itu, pornografi cenderung menempatkan wanita dalam posisi rendah.

Seseorang bisa saja melakukan tindakan perkosaan karena dipengaruhi oleh pornografi. Banyak sekali diberitakan media massa tentang perkosaan yang dilakukan setelah pelakunya menonton film porno. Namun demikian, perkosaan umumnya terjadi oleh pelaku yang memandang rendah derajat wanita. Karena itu, pornografi sering dianggap sebagai faktor yang memperkokoh budaya perkosaan terhadap wanita.

http://www.smallcrab.com/anak-anak/592-pornografi-di-media-massa-dan-pengaruhnya-pada-remaja

Senin, 10 Mei 2010

I LOVE SEX EDUCATION



BERPIKIR KRITIS DAN BERTANGGUNG JAWAB ATAS PERILAKU SEKS DAN AKIBATNYA

Perasaan sayang dan cinta tidak harus dibuktikan
dengan hubungan seks. Sayang dan cinta pada
masa remaja bisa dibuktikan dengan banyak
cara: bertatapan, berbicara, berjalan-jalan, dsb.
Hubungan antar teman atau dengan pacar
haruslah hubungan yang sehat, bukan hubungan
yang merugikan. Kamu berhak atas tubuh kamu
sendiri dan “berhak” berkata “tidak” (untuk
sentuhan atau hubungan seks yang tidak kamu
inginkan).

Remaja dan kita semua perlu ingat bahwa perilaku
seks yang tidak aman bisa mengakibatkan banyak
risiko yang dapat mengganggu masa depan dan
menghalangi kita untuk mencapai cita-cita.

Risiko-risiko tersebut antara lain:

1. Kehamilan
Hubungan seks satu kali saja bisa menghasilkan
kehamilan yang tak diharapkan. Kehamilan bisa
terjadi karena organ reproduksi sudah matang.
Tetapi tidak berarti remaja siap mengandung,
melahirkan, dan mengasuh bayi. Justru akan
banyak persoalan muncul baik secara fisik
(pendarahan, keguguran, kematian), secara psikologis
(takut, rasa salah, malu) maupun secara
sosial (dikucilkan, menjadi bahan gunjingan,
dikeluarkan dari sekolah, dll). Remaja laki-laki
yang harus menjadi ayah juga menghadapi
banyak masalah baru.
Mari kita berpikir kritis bersama-sama:
- Coba sekarang bayangkan kita mempunyai
bayi pada masa remaja ini.
- Bayangkan juga kesulitan dan masalah apa
saja yang bisa kita alami.
- Setelah membayangkan, pikirkan apa saja
yang harus kita lakukan untuk mencegah dan
menghindari masalah dan kesulitan itu.


Kalau sampai terjadi kehamilan pada masa remaja,
maka remaja bisa kehilangan banyak kesempatan
untuk mencapai cita-citanya. Agar terhindar dari
masalah-masalah yang bisa mengacaukan masa
depan itu, remaja harus bisa bersikap tegas dan
mengambil keputusan untuk tidak melakukan
hubungan seks sebelum waktunya. Kita tidak
hanya harus menghargai diri dan hidup kita sendiri
tetapi juga diri dan hidup orang lain!

2. Aborsi
Karena mengalami kehamilan yang tak
direncanakan dan tak diinginkan, banyak remaja
melakukan pengguguran kandungan atau
aborsi. Karena takut, malu, atau cemas, biasanya
mereka melakukan aborsi dengan cara-cara tidak
aman sehingga sangat berbahaya bagi fisik
karena bisa menyebabkan perdarahan, cacat,
bahkan kematian. Selain itu usaha aborsi bisa
mengganggu perasaan dan pikiran misalnya karena
rasa bersalah atau takut. Gangguan ini bisa
berlangsung lama sekali. Aborsi yang aman hanya
bila dilakukan oleh dokter ahli. Namun demikian,
aborsi tidak diperbolehkan di Indonesia.

MENGENALI SEBAB-SEBAB PERUBAHAN DAN BERPIKIR APA YANG SEBAIKNYA DILAKUKAN DALAM MASA PUBERTAS

Perubahan fisik dan psikologis disebabkan bekerjanya
hormon-hormon. Hormon adalah zatzat
kimia yang dihasilkan bagian-bagian tertentu
dalam tubuh. Dari bagian-bagian tubuh itu,
hormon mengalir melalui darah ke bagian-bagian
tubuh lain dimana hormon itu harus bekerja dan
melakukan perubahan-perubahan pada tubuh kita.
Ada banyak jenis hormon dalam tubuh.
Pada masa PUBERTAS, hormon-hormon tertentu
di otak mengirim berita/perintah pada organorgan
reproduksi (organ seks) laki/perempuan
untuk membuat hormon-hormon seks. Organ seks
perempuan (indung telur) membuat hormon seks
yang disebut estrogen dan progesteron. Organ
seks laki-laki (testis) menghasilkan hormon seks
yang disebut testosteron. Hormon seks perempuan
memerintahkan indung telur untuk mengeluarkan
satu sel telur setiap bulan, sedangkan hormon seks
laki-laki memerintahkan testis untuk menghasilkan
sperma. Bila sperma laki-laki bertemu dengan sel
telur perempuan maka keduanya bersatu dan bisa
tumbuh menjadi bayi di dalam tubuh perempuan.
Artinya, waktu tubuh kita sudah menghasilkan
hormon-hormon seks, maka laki dan perempuan
sudah bisa menghasilkan keturunan/anak.


PUBERTAS PADA PEREMPUAN
Perjalanan sel telur
Pada masa pubertas (sekitar usia 11 – 12) , hormon
tertentu di otak mengirim berita pada indung telur
untuk memproduksi hormon seks estrogen dan
progesteron. Estrogen memberitahu sel telur
untuk berkembang/matang. Biasanya sel telur
matang satu per satu. Sekitar satu bulan satu kali
indung telur melepas satu sel telur yang ‘matang”
(disebut ovulasi). Sel telur atau ovum berjalan
ke saluran indung telur (falopi) dan terus sampai
ke rahim. Di saluran ini sel telur bisa bertemu
dan bersatu dengan sperma yang masuk melalui
vagina kalau terjadi hubungan seksual antara
laki dan perempuan. Hubungan seksual adalah
pertemuan organ seks laki-laki dan perempuan
sampai sperma laki-laki masuk melalui vagina
perempuan dan bersatu dengan sel telur. Telur
yang sudah dibuahi sperma pelan-pelan akan
melekat pada dinding rahim dan tumbuh menjadi
bayi selama 9 bulan.


Bila sel telur tidak bersatu dengan sperma setelah
meninggalkan indung telurnya, maka tidak akan
terbentuk bayi. Sel telur akan pecah dan bersama
sebagian dinding rahim dimana sel telur itu
bersarang akan luruh / keluar melalui vagina dalam
bentuk darah. Inilah yang disebut menstruasi atau
haid.

Jangan kuatir, semua itu normal !

Pada waktu haid pakailah pembalut untuk haid
(softex, tampon, dll) yang harus diganti beberapa
kali sehari. Selain itu, pada masa haid cucilah
vagina dengan air bersih. Salah satu keterampilan
hidup adalah kemampuan merawat kesehatan
dan kebersihan organ reproduksi kita dengan
benar.
Menstruasi atau haid terjadi setiap bulan selama
beberapa hari. Haid kadang-kadang disertai rasa
sakit/mules, bau badan, kesal, cepat marah, dll.
Berusahalah mengerti perubahan-perubahan
yang terjadi dalam diri kita (mengenal diri) agar
kita siap dan bisa mencari cara yang tepat untuk
menghadapinya. Ketika mengalami haid, dan
ada yang tidak kamu mengerti, maka janganlah
ragu untuk bertanya pada orang dewasa. Pada
saat seperti ini kemampuan untuk berbicara dan
bertanya (berkomunikasi) secara terbuka dengan
orang lain sangat penting karena hal itu bisa
membantu kita mengatasi rasa cemas, khawatir
atau takut.

PUBERTAS PADA LAKI-LAKI
Perjalanan sperma
Pada masa pubertas, salah satu hormon di otak
mengirim berita pada testis untuk memproduksi
hormon testosteron. Salah satu sel penting yang
diproduksi testis adalah sperma (100–300 juta
sperma per hari) berbentuk cacing atau kecebong
yang sangat kecil.

Sperma berenang melalui saluran sperma (vas
deferens) yang mengeluarkan cairan khusus.
Campuran sperma dan cairan ini disebut air mani
yang terkumpul sangat cepat. Bila penampung
cairan ini penuh, maka ia bisa keluar (ejakulasi)
melalui penis yang tegang (ereksi) secara spontan
dalam mimpi. Kejadian ini disebut mimpi basah.
Ketika laki-laki sudah bisa menghasilkan sperma,
maka hanya dengan satu saja sperma yang
bertemu/bersatu dengan sel telur perempuan
yang matang (melalui hubungan seks), maka
perempuan bisa hamil dan sel telurnya bisa
berkembang menjadi bayi.
MENGATASI STRES DAN KEBINGUNGAN MENGHADAPI PERUBAHAN FISIK DAN PSIKOLOGIS SELAMA PUBERTAS


Antara usia 10 – 15 tahun tubuh anak-anak mulai
berubah. Badan menjadi tinggi, tumbuh rambut
di ketiak dan sekitar alat kelamin, muncul jerawat,
wajah berminyak. Khusus pada perempuan:
payudara membesar, kadang ada rasa nyeri. Pada
laki-laki: suara membesar dan tumbuh jakun.
Masa remaja ini disebut masa PUBERTAS atau
akil-balik yaitu menjadi dewasa (tapi belum
dewasa lho). Lamanya bisa beberapa tahun dan
bisa berbeda-beda pada setiap anak/remaja.
Dalam masa pubertas ini, perubahan juga terjadi
pada pikiran, perasaan, hubungan pertemanan,
tanggungjawab (ini disebut perubahan psikologis).
Kadang-kadang remaja mengalami masalah dan
kesulitan ketika mengalami perubahan-perubahan
itu. Ada rasa bingung, kesal, malu, benci, bosan,
dan stres. Semua masalah itu terjadi karena
remaja belum terbiasa dengan perubahanperubahan
itu. Kalau semua perasaan negatif itu
dibiarkan, maka kita akan dipengaruhi dan diatur
oleh perasaan-perasaan negatif itu sehingga tidak
bisa lagi mengerjakan hal-hal lain dengan baik,
bahkan kita bisa sakit.

Nah pada masa-masa sulit seperti itulah diperlukan
kemampuan untuk mengatasi masalah-masalah
yang dihadapi, baik masalah yang disebabkan
perubahan dalam diri sendiri maupun dalam
hubungan dengan orang-orang lain. Banyak cara
yang bisa dilakukan, antara lain berbicara secara
terbuka (komunikasi efektif) dengan orang-orang
yang kita percaya seperti teman, kakak, orang
tua, dan guru. Kita juga bisa membaca buku-buku
tentang pertumbuhan remaja dan pubertas agar
kita tahu bahwa remaja lain di seluruh dunia juga
mengalami hal yang sama.



MENGENAL ALAT REPRODUKSI PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI


1. Indung telur (ovarium), yaitu gumpalan sebesar telur ayam yang terdiri dari sel-sel telur (ovum).

2. Saluran telur (tuba falopi), yang terletak di sebelah
kiri dan kanan rahim, yaitu saluran untuk dilalui sel
telur menuju rahim.

3. Rahim (uterus), sebuah rongga sebesar buah alpukat atau sebesar genggaman tangan orang
dewasa, terbuat dari otot-otot yang kuat untuk
membesarkan bayi selama 9 bulan.

4. Leher rahim (cervix), lubang kecil di bawah rahim
yang bisa membesar ketika bayi ke luar dari rahim.

5. Liang kemaluan (vagina), adalah jalan atau saluran
antara rahim (organ seks di dalam tubuh
perempuan) dengan organ seks bagian luar. Dari
vaginalah bayi keluar waktu dilahirkan.

6. Mulut Vagina, yaitu bagian luar dari vagina yang
merupakan sebuah rongga penghubung antara rahim dengan bagian luar tubuh. Lubang vagina
ini ditutupi oleh selaput dara yang dapat pecah
karena senggama atau karena sebab lain (jatuh,
kecelakaan, dll).

7. Klentit (clitoris), adalah benjolan daging kecil di
sekitar mulut vagina yang berisi banyak pembuluh darah dan syaraf sehingga merupakan bagian
yang peka.

8. Anus, lubang untuk mengeluarkan kotoran sisa
makanan. Karena dilalui oleh kotoran (bisa mengandung
kuman penyakit) maka harus selalu
dibersihkan dengan benar.




1. Kantung zakar (scrotum), kantung lembut yang
menahan dua buah testis berbentuk bola kecil.

2. Buah zakar (testis), dua bola kecil berisi sel-sel
kecil yang disebut sperma (mulai dihasilkan waktu
remaja). Sperma bisa keluar pada waktu remaja
laki-laki mengalami “mimpi basah”.

3. Saluran sperma (vas deferens), adalah sebuah
saluran bagi sperma dari testis menuju prostat.

4. Prostat, berfungsi menghasilkan cairan mani
yaitu cairan lengket yang akan bercampur dengan
sperma ketika keluar dari penis saat ejakulasi.

5. Saluran kemih (uretra), saluran untuk dilalui oleh
cairan mani yang mengandung sperma, dan juga
saluran air kencing. Air kencing dan mani tidak
akan keluar bersama-sama.

6. Batang kemaluan (penis), terbuat dari otot dan
merupakan saluran untuk keluarnya air kencing
maupun saluran keluarnya sperma. Ujung penis
sangat peka karena mengandung banyak syaraf,
sehingga bila diraba memberi rangsangan.

7. Kepala penis (glans), adalah bagian paling depan
dari batang kemaluan atau penis yang sangat
banyak mengandung pembuluh darah. Ujung
penis ini tertutup kulit yang biasanya dibuang
(dikhitan atau disunat). Sunat dianjurkan karena
memudahkan pembersihan penis sehingga
mengurangi kemungkinan terkena infeksi atau
penyakit lain.